1.
Pendahuluan
mengenai obat
Batuk
adalah suatu refleks fisiologi protektif yang bermanfaat untuk mengeluarkan dan
membersihkan saluran pernapasan dari dahak,debu,zat-zat perangsang asing yang
dihirup, partikel-partikel asing dan unsur-unsur infeksi. Orang sehat hampir
tidak batuk sama sekali berkat mekanisme pembersihan dari bulu getar di dinding
bronchi, yang berfungsi menggerakkan dahak keluar dari paru-paru menuju batang
tenggorok. Cilia ini bantu menghindarkan masuknya zat-zat asing ke saluran
napas. Penyebab batuk secara garis besar
disebabkan oleh rangsang seperti rangsang inflamasi seperti edema mukosa dengan
secret trakeobronkial yang banyak. Rangsang mekanik seperti benda asing pada
saluran nafas seperti benda asing dalam saluran nafas, post nasal drip, retensi
secret bronkopulmononer. Rangsang suhu seperti asap rokok (merupakan oksidan),
udara panas/dingin,inhalasi gas. Rangsang psikogenik.
Mekanisme terjadinya batuk
Batuk dimulai dari suatu rangsangan pada reseptor batuk. Reseptor ini berupa serabut saraf non mielin halus yang terletak baik di dalam maupun di luar rongga toraks. Yang terletak di dalam rongga toraks antara lain terdapat di laring, trakea, bronkus, dan di pleura. Jumlah reseptor akan semakin berkurang pada cabang-cabang bronkus yang kecil, dan sejumlah besar reseptor di dapat di laring, trakea, karina dan daerah percabangan bronkus. Reseptor bahkan juga ditemui di saluran telinga, lambung, hilus, sinus paranasalis, perikardial, dan diafragma.
Serabut afferen terpenting ada pada cabang nervus vagus yang mengalirkan rangsang dari laring, trakea, bronkus, pleura, lambung, dan juga rangsangan dari telinga melalui cabang Arnold dari nervus vagus. Nervus trigeminus menyalurkan rangsang dari sinus paranasalis, nervus glosofaringeus, menyalurkan rangsang dari faring dan nervus frenikus menyalurkan rangsang dari perikardium dan diafragma.
Oleh serabut afferen rangsang ini dibawa ke pusat batuk yang terletak di medula, di dekat pusat pernafasan dan pusat muntah. Kemudian dari sini oleh serabut-serabut afferen nervus vagus, nervus frenikus, nervus interkostalis dan lumbar, nervus trigeminus, nervus fasialis, nervus hipoglosus, dan lain-lain menuju ke efektor. Efektor ini berdiri dari otot-otot laring, trakea, bronkus, diafragma,otot-otot interkostal, dan lain-lain. Di daerah efektor ini mekanisme batuk kemudian terjadi.
Batuk dimulai dari suatu rangsangan pada reseptor batuk. Reseptor ini berupa serabut saraf non mielin halus yang terletak baik di dalam maupun di luar rongga toraks. Yang terletak di dalam rongga toraks antara lain terdapat di laring, trakea, bronkus, dan di pleura. Jumlah reseptor akan semakin berkurang pada cabang-cabang bronkus yang kecil, dan sejumlah besar reseptor di dapat di laring, trakea, karina dan daerah percabangan bronkus. Reseptor bahkan juga ditemui di saluran telinga, lambung, hilus, sinus paranasalis, perikardial, dan diafragma.
Serabut afferen terpenting ada pada cabang nervus vagus yang mengalirkan rangsang dari laring, trakea, bronkus, pleura, lambung, dan juga rangsangan dari telinga melalui cabang Arnold dari nervus vagus. Nervus trigeminus menyalurkan rangsang dari sinus paranasalis, nervus glosofaringeus, menyalurkan rangsang dari faring dan nervus frenikus menyalurkan rangsang dari perikardium dan diafragma.
Oleh serabut afferen rangsang ini dibawa ke pusat batuk yang terletak di medula, di dekat pusat pernafasan dan pusat muntah. Kemudian dari sini oleh serabut-serabut afferen nervus vagus, nervus frenikus, nervus interkostalis dan lumbar, nervus trigeminus, nervus fasialis, nervus hipoglosus, dan lain-lain menuju ke efektor. Efektor ini berdiri dari otot-otot laring, trakea, bronkus, diafragma,otot-otot interkostal, dan lain-lain. Di daerah efektor ini mekanisme batuk kemudian terjadi.
Batuk
terdapat 6 macam untuk obat-obat batuk yaitu :
ü Zat
pelunak batuk
ü Ekspektoransia
ü Mukolitika
ü Zat
pereda
ü Antihistaminika
ü Anastetika
local
Ekspektoransia
dari bahasa latin (ex = keluar; pectus = dada) zat-zat yang terkandung dalam
obat batuk ekspektoransia yaitu minyak terbang,guaiakol,Radix Ipeca (dalam
tablet/pulvis Doveri) dan ammonium klorida (dalam obat batuk hitam). Zat-zat
ini memperbanyak produksi dahak (yang encer) dan dengan demikian mengurangi
kekentalannya, sehingga mempermudah pengeluarannya dengan batuk. Mekanisme
kerjanya adalah merangsang reseptor-reseptor di mukosa lambung yang kemudian
meningkatkan kegiatan kelenjar-sekresi dari saluran lambung –usu dan sebagai refleks
memperbanyak sekresi dari kelenjar yang berada di saluran napas. Diperkirakan
bahwa kegiatan ekspektoransia juga dapat dipicu dengan meminum banyak air.
Contoh obat yang masuk dalam obat batuk ekspektoransia adalah Guaifenesin atau
Gliseril Guaiakolat nama generic toplexil. Guaifenesin adalah derivate
–guaiakol yang banyak digunakan sebagai ekspektorans dalam berbagai jenis
sediaan batuk popular. Pada dosis tinggi bekerja merelaksasi otot, seperti
mefenesin. Guaifenesin digunakan untuk menangani batuk-batuk dan penyumbatan
akibat dahak yang disebabkan oleh kondisi seperti pilek, bronchitis dan flu.
Obat yang memiliki efek melegakan pada tenggorokan ini bekerja dengan cara mencairkan
lender yang menyumbat di saluran prnapasan sehingga lebih mudah dikeluarkan
saat batuk.
2.
Mekanisme
Kerja
Gliseril guaiakolat memiliki aktivitas sebagai ekspektoran
dengan meningkatkan volume dan mengurangi kekentalan sputum yang terdapat di
trakhea
dan bronki. Dapat
meningkatkan reflek batuk dan memudahkan untuk membuang sputum. Akan tetapi
bukti objektif masih sedikit.
3. Indikasi
Gliseril Guaiakolat Indikasi
Gliseril Guaiakolat: Guafenesin (Gliseril Guaiakolat) meningkatkan volume dan
mengurangi kekentalan sputum yang kuat dan digunakan sebagai ekspektoran untuk
batuk produktif. Penggunaan untuk batuk yang membutuhkan pengeluaran
dahak
4.
Kontra
Indikasi
Kontra Indikasi: Hipersensitif
terhadap guaifenesin atau komponen lain yang ada di formulasi
5.
Perhatian
ü Tidak gunakan OTC pada anak < 2
tahun Penggunaan obat pada anak dibawah 12 tahun perlu diperhatikan dosisnya
ü Jangan digunakan pada persisten
batuk kronik
ü Jika digunakan oleh wanita hamil,
wanita menyusui,dan anak di bawah usia 2 tahun harus di bawah pengawasan
dokter.
ü Harap berhati-hati jika anda
menderita epilepsi, gangguan hati, gangguan ginjal, dan telah menderita
batuk-batuk sejak lama.
ü Jika dalam waktu 5 hari batuk tidak
kunjung sembuh setelah sembuh dengan disertai dengan gejala sakit kepala,demam
dan ruam maka secepatnya hubungi dokter.
ü Tanyakan dulu pada dokter jika anda
akan menggunakan obat-obatan lain ketika ingin mulai mengkonsumsi guaifenesin.
6.
Interaksi
obat
Hindari
meminum obat ini dengan minuman berkafein
seperti (kopi,the,cola), dikarenakan kafein dapat meningkatkan efek samping
dari obat.
Makan
dalam jumlah besar cokelat atau memakan produk yang berasal dari kafein karena
dapat meningkatkan efek samping obat.
7.
Dosis
anak,dewasa,wanita hamil dan lama penggunaannya
Dosis
untuk dewasa biasanya adalah 200-400 mg setiap 4 jam dan tidak melebihi 2-4
gram per hari. Anak-anak 6-11 tahun, 100-200 mg setiap 4 jam dan tidak melebihi
1-2 gram per hari, sedangkan untuk anak 2-5 tahun, 50-100 mg setiap 4 jam dan
tidak melebihi 600 mg sehari.
8.
Sediaan lazim
ü Cair, oral : 100 mg/5 ml
ü Paket, oral : 50 mg, 100 mg
ü Larutan,oral : 100 mg/5 ml, 200 mg/
10 ml, 300 mg/15 ml
ü Sirup, oral : 100 mg/5 ml
ü Sirup batuk : 100 mg/5 ml
ü Tablet,oral : 200 mg, 400 mg, 1200
mg
9.
Bentuk sediaan
ü Cair,
oral
ü Paket, oral
ü Larutan,oral
ü Sirup, oral
ü Sirup batuk
ü Tablet,oral
10. Efek
samping
ü Berupa iritasi lambung (mual,
muntah) yang dapat dikurangi bila diminum dengan segelas air.
ü Pening
ü Mengantuk
ü Sakit kepala
ü Kulit kemerahan
ü Level asam urat menurun
ü Nyeri perut
Penyalahgunaan obat ini menyebabkan
urinary calcii, guaifenesin tidak aman bagi pasien dengan porphyria karena
menunjukkan porphyrinogenik pada hewan.
s
Tidak ada komentar:
Posting Komentar