Tugas Kegawatdaruratan
--> Untuk Download PPT <--
Kamis, 09 Maret 2017
Kamis, 02 Maret 2017
Artikel fitokimia mengenai ekstraksi
1.
PENGERTIAN
EKSTRAK
Ekstrak adalah suatu produk hasil
pengambilan zat aktif dari tanaman menggunakan pelarut. Selanjutnya pelarut
yang digunakan diuapkan kembali sehingga zat aktif ekstrak menjadi pekat.
Bentuknya dapat kental atau kering tergantung banyaknya pelarut yang diuapkan
kembali.
2.
JENIS-JENIS
EKSTRAK
Ekstrak
dapat dibedakan berdasarkan
1. Berdasarkan konsistensinya:
a) Ekstrak
cair: ekstrak cair, tingtur, maserat minyak (Extracta Fluida (Liquida))
b) Semi
solid: ekstrak kental (Extracta spissa)
c)
Kering: ekstrak kering (Extracta sicca)
2.
Berdasarkan komposisinya:
a)
Ekstrak murni: ekstrak yang tidak mengandung pelarut maupun bahan tambahan
lainnya.
b)
Sediaan ekstrak: pengolahan lebih lanjut dari ekstrak murni untuk dibuat
sediaan ekstrak, baik kental maupun serbuk kering untuk selanjutnya dibuat
sediaan obat seperti kapsul, tablet, dan lain-lain.
3.
Berdasarkan senyawa aktifnya:
a)
Adjusted/standardised extracts, merupakan ekstrak yang diperoleh dengan
mengatur kadar senyawa aktif (menambahkan dalam batas toleransi) yang aktivitas
terapeutiknya diketahui dengan tujuan untuk mencapai komposisi yang
dipersyaratkan.
b)
Quantified extract, merupakan ekstrak yang diperoleh dengan mengatur
kadar senyawa yang diketahui berperan dalam menimbulkan khasiat farmakologi
dengan tujuan agar khasiatnya sama. Quantified extract memiliki
kandungan senyawa dengan aktivitas yang diketahui namun senyawa yang sbertanggung
jawab terhadap aktivitas tersebut tidak diketahui.
3. FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI MUTU EKSTRAK
Dibagi
atas 2 bagian yaitu :
1. Faktor
kimia
Faktor kimia dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
a)
Faktor internal
1. Jenis senyawa aktif
dalam simplisia
2.Komposisi kualitatif
senyawa aktif
3.Komposisi kuantitatif
senyawa aktif
4.Kadar total rata-rata
senyawa aktif
b) Faktor eksternal
1.
Perbandingan ukuran alat ekstraksi
2.
Ukuran, kekerasan dan kekeringan simplisia
3.
Pelarut yang digunakan dalam ekstraksi
4.
Kandungan logam berat
5.
Kandungan pestisida
2.
Faktor biologi
a. Identitas jenis (species)
b. Lokasi
tumbuhan asal
c. Periode
pemanenan hasil tumbuhan
d.Penyimpanan
bahan tumbuhan
e.Umur
tumbuhan dan bagian yang digunakan
4.Pengertian Rendemen
Rendemen adalah perbandingan jumlah
(kuantitas) ekstrak yang dihasilkan dari ekstraksi tanaman.
5. Perhitungan rendemen
ekstrak
Rendemen menggunakan satuan persen (%).
Semakin tinggi nilai rendemen yang dihasilkan menandakan nilai ekstrak yang dihasilkan
semakin banyak.
Kualitas
ekstrak yang dihasilkan biasanya berbanding terbalik dengan jumlah rendamen
yang dihasilkan. Semakin tinggi nilai rendamen yang dihasilkan maka semakin
rendah mutu yang di dapatkan. Adapun rumus untuk menghitung rendamen sebagai
berikut:
Rendemen
= bobot ekstrak x 100%
bobot simplisia
6. Tahap-tahap pembuatan ekstrak
a)
Pembuatan serbuk simplisia
Pembuatan serbuk
simplisia dimaksudkan untuk memperluas permukaan kontak simplisia dengan cairan
penyari. Proses penyerbukan dilakukan sampai derajat kehalusan serbuk yang
optimal sesuai persyaratan.
b)
Pemilihan pelarut atau cairan
penyari
Pelarut atau cairan
penyari menentukan senyawa kimia yang akan terekstraksi dan berada dalam
ekstrak. Dengan diketahuinya senyawa kimia yang akan diekstraksi akan
memudahkan proses pemilihan cairan penyari.
c)
Proses ekstraksi atau pemilihan
cara ekstraksi
Cara ekstraksi yang
dipilih juga menentukan kualitas ekstrak yang diperoleh. Dalam memilih cara
ekstraksi harus diperhatikan prinsip ekstraksi yaitu menyari senyawa aktf
sebanyak-banyaknya dan secepat-cepatnya sehingga diperoleh efisiensi ekstraksi.
d)
Separasi dan pemurnian
Separasi atau pemisahan
dan pemurnian merupakan salah satu proses yang diperlukan terhadap ekstrak
untuk meningkatkan kadar senyawa aktifnya. Separasi dapat dilakukan dengan
cara-cara tertentu seperti dekantasi, penyaringan, sentrifugasi, destilasi, dan
lain-lain. Pemurnian ekstrak dapat dilakukan dengan cara mengekstraksi zat-zat
yang tidak diinginkan dalam ekstrak agar terpisah dari zat-zat yang diinginkan.
e)
Penguapan dan pemekatan
Penguapan atau
pemekatan merupakan proses untuk meningkatkan jumlah zat terlarut dalam ekstrak
dengan cara mengurangi jumlah pelarutnya dengan cara penguapan tetapi tidak
sampai kering.
f)
Pengeringan ekstrak
Pengeringan ekstrak
umumnya dilakukan untuk membuat sediaan padat seperti tablet, kapsul, pil, dan
sediaan padat lainnya. Pengeringan ekstrak dapat dilakukan dengan penambahan
bahan tambahan (non-native herbal drug preparation) atau tanpa
penambahan bahan tambahan (native herbal drug preparation).
g)
Penentuan rendemen ekstrak
Rendemen ekstrak
dihitung dengan cara membandingkan jumlah ekstrak yang diperoleh dengan
simplisia awal yang digunakan. Rendemen ekstrak dapat digunakan sebagai
parameter standar mutu ekstrak pada tiap bets produksi maupun parameter
ekstraksi.
7. Contoh
tanaman
1) bunga siwalan


2) daun kelor


3) Daun bidara

4) . Daun kumis kucing

5) Rimpang temulawak


Rabu, 01 Maret 2017
Artikel farmakologi mengenai obat batuk
1.
Pendahuluan
mengenai obat
Batuk
adalah suatu refleks fisiologi protektif yang bermanfaat untuk mengeluarkan dan
membersihkan saluran pernapasan dari dahak,debu,zat-zat perangsang asing yang
dihirup, partikel-partikel asing dan unsur-unsur infeksi. Orang sehat hampir
tidak batuk sama sekali berkat mekanisme pembersihan dari bulu getar di dinding
bronchi, yang berfungsi menggerakkan dahak keluar dari paru-paru menuju batang
tenggorok. Cilia ini bantu menghindarkan masuknya zat-zat asing ke saluran
napas. Penyebab batuk secara garis besar
disebabkan oleh rangsang seperti rangsang inflamasi seperti edema mukosa dengan
secret trakeobronkial yang banyak. Rangsang mekanik seperti benda asing pada
saluran nafas seperti benda asing dalam saluran nafas, post nasal drip, retensi
secret bronkopulmononer. Rangsang suhu seperti asap rokok (merupakan oksidan),
udara panas/dingin,inhalasi gas. Rangsang psikogenik.
Mekanisme terjadinya batuk
Batuk dimulai dari suatu rangsangan pada reseptor batuk. Reseptor ini berupa serabut saraf non mielin halus yang terletak baik di dalam maupun di luar rongga toraks. Yang terletak di dalam rongga toraks antara lain terdapat di laring, trakea, bronkus, dan di pleura. Jumlah reseptor akan semakin berkurang pada cabang-cabang bronkus yang kecil, dan sejumlah besar reseptor di dapat di laring, trakea, karina dan daerah percabangan bronkus. Reseptor bahkan juga ditemui di saluran telinga, lambung, hilus, sinus paranasalis, perikardial, dan diafragma.
Serabut afferen terpenting ada pada cabang nervus vagus yang mengalirkan rangsang dari laring, trakea, bronkus, pleura, lambung, dan juga rangsangan dari telinga melalui cabang Arnold dari nervus vagus. Nervus trigeminus menyalurkan rangsang dari sinus paranasalis, nervus glosofaringeus, menyalurkan rangsang dari faring dan nervus frenikus menyalurkan rangsang dari perikardium dan diafragma.
Oleh serabut afferen rangsang ini dibawa ke pusat batuk yang terletak di medula, di dekat pusat pernafasan dan pusat muntah. Kemudian dari sini oleh serabut-serabut afferen nervus vagus, nervus frenikus, nervus interkostalis dan lumbar, nervus trigeminus, nervus fasialis, nervus hipoglosus, dan lain-lain menuju ke efektor. Efektor ini berdiri dari otot-otot laring, trakea, bronkus, diafragma,otot-otot interkostal, dan lain-lain. Di daerah efektor ini mekanisme batuk kemudian terjadi.
Batuk dimulai dari suatu rangsangan pada reseptor batuk. Reseptor ini berupa serabut saraf non mielin halus yang terletak baik di dalam maupun di luar rongga toraks. Yang terletak di dalam rongga toraks antara lain terdapat di laring, trakea, bronkus, dan di pleura. Jumlah reseptor akan semakin berkurang pada cabang-cabang bronkus yang kecil, dan sejumlah besar reseptor di dapat di laring, trakea, karina dan daerah percabangan bronkus. Reseptor bahkan juga ditemui di saluran telinga, lambung, hilus, sinus paranasalis, perikardial, dan diafragma.
Serabut afferen terpenting ada pada cabang nervus vagus yang mengalirkan rangsang dari laring, trakea, bronkus, pleura, lambung, dan juga rangsangan dari telinga melalui cabang Arnold dari nervus vagus. Nervus trigeminus menyalurkan rangsang dari sinus paranasalis, nervus glosofaringeus, menyalurkan rangsang dari faring dan nervus frenikus menyalurkan rangsang dari perikardium dan diafragma.
Oleh serabut afferen rangsang ini dibawa ke pusat batuk yang terletak di medula, di dekat pusat pernafasan dan pusat muntah. Kemudian dari sini oleh serabut-serabut afferen nervus vagus, nervus frenikus, nervus interkostalis dan lumbar, nervus trigeminus, nervus fasialis, nervus hipoglosus, dan lain-lain menuju ke efektor. Efektor ini berdiri dari otot-otot laring, trakea, bronkus, diafragma,otot-otot interkostal, dan lain-lain. Di daerah efektor ini mekanisme batuk kemudian terjadi.
Batuk
terdapat 6 macam untuk obat-obat batuk yaitu :
ü Zat
pelunak batuk
ü Ekspektoransia
ü Mukolitika
ü Zat
pereda
ü Antihistaminika
ü Anastetika
local
Ekspektoransia
dari bahasa latin (ex = keluar; pectus = dada) zat-zat yang terkandung dalam
obat batuk ekspektoransia yaitu minyak terbang,guaiakol,Radix Ipeca (dalam
tablet/pulvis Doveri) dan ammonium klorida (dalam obat batuk hitam). Zat-zat
ini memperbanyak produksi dahak (yang encer) dan dengan demikian mengurangi
kekentalannya, sehingga mempermudah pengeluarannya dengan batuk. Mekanisme
kerjanya adalah merangsang reseptor-reseptor di mukosa lambung yang kemudian
meningkatkan kegiatan kelenjar-sekresi dari saluran lambung –usu dan sebagai refleks
memperbanyak sekresi dari kelenjar yang berada di saluran napas. Diperkirakan
bahwa kegiatan ekspektoransia juga dapat dipicu dengan meminum banyak air.
Contoh obat yang masuk dalam obat batuk ekspektoransia adalah Guaifenesin atau
Gliseril Guaiakolat nama generic toplexil. Guaifenesin adalah derivate
–guaiakol yang banyak digunakan sebagai ekspektorans dalam berbagai jenis
sediaan batuk popular. Pada dosis tinggi bekerja merelaksasi otot, seperti
mefenesin. Guaifenesin digunakan untuk menangani batuk-batuk dan penyumbatan
akibat dahak yang disebabkan oleh kondisi seperti pilek, bronchitis dan flu.
Obat yang memiliki efek melegakan pada tenggorokan ini bekerja dengan cara mencairkan
lender yang menyumbat di saluran prnapasan sehingga lebih mudah dikeluarkan
saat batuk.
2.
Mekanisme
Kerja
Gliseril guaiakolat memiliki aktivitas sebagai ekspektoran
dengan meningkatkan volume dan mengurangi kekentalan sputum yang terdapat di
trakhea
dan bronki. Dapat
meningkatkan reflek batuk dan memudahkan untuk membuang sputum. Akan tetapi
bukti objektif masih sedikit.
3. Indikasi
Gliseril Guaiakolat Indikasi
Gliseril Guaiakolat: Guafenesin (Gliseril Guaiakolat) meningkatkan volume dan
mengurangi kekentalan sputum yang kuat dan digunakan sebagai ekspektoran untuk
batuk produktif. Penggunaan untuk batuk yang membutuhkan pengeluaran
dahak
4.
Kontra
Indikasi
Kontra Indikasi: Hipersensitif
terhadap guaifenesin atau komponen lain yang ada di formulasi
5.
Perhatian
ü Tidak gunakan OTC pada anak < 2
tahun Penggunaan obat pada anak dibawah 12 tahun perlu diperhatikan dosisnya
ü Jangan digunakan pada persisten
batuk kronik
ü Jika digunakan oleh wanita hamil,
wanita menyusui,dan anak di bawah usia 2 tahun harus di bawah pengawasan
dokter.
ü Harap berhati-hati jika anda
menderita epilepsi, gangguan hati, gangguan ginjal, dan telah menderita
batuk-batuk sejak lama.
ü Jika dalam waktu 5 hari batuk tidak
kunjung sembuh setelah sembuh dengan disertai dengan gejala sakit kepala,demam
dan ruam maka secepatnya hubungi dokter.
ü Tanyakan dulu pada dokter jika anda
akan menggunakan obat-obatan lain ketika ingin mulai mengkonsumsi guaifenesin.
6.
Interaksi
obat
Hindari
meminum obat ini dengan minuman berkafein
seperti (kopi,the,cola), dikarenakan kafein dapat meningkatkan efek samping
dari obat.
Makan
dalam jumlah besar cokelat atau memakan produk yang berasal dari kafein karena
dapat meningkatkan efek samping obat.
7.
Dosis
anak,dewasa,wanita hamil dan lama penggunaannya
Dosis
untuk dewasa biasanya adalah 200-400 mg setiap 4 jam dan tidak melebihi 2-4
gram per hari. Anak-anak 6-11 tahun, 100-200 mg setiap 4 jam dan tidak melebihi
1-2 gram per hari, sedangkan untuk anak 2-5 tahun, 50-100 mg setiap 4 jam dan
tidak melebihi 600 mg sehari.
8.
Sediaan lazim
ü Cair, oral : 100 mg/5 ml
ü Paket, oral : 50 mg, 100 mg
ü Larutan,oral : 100 mg/5 ml, 200 mg/
10 ml, 300 mg/15 ml
ü Sirup, oral : 100 mg/5 ml
ü Sirup batuk : 100 mg/5 ml
ü Tablet,oral : 200 mg, 400 mg, 1200
mg
9.
Bentuk sediaan
ü Cair,
oral
ü Paket, oral
ü Larutan,oral
ü Sirup, oral
ü Sirup batuk
ü Tablet,oral
10. Efek
samping
ü Berupa iritasi lambung (mual,
muntah) yang dapat dikurangi bila diminum dengan segelas air.
ü Pening
ü Mengantuk
ü Sakit kepala
ü Kulit kemerahan
ü Level asam urat menurun
ü Nyeri perut
Penyalahgunaan obat ini menyebabkan
urinary calcii, guaifenesin tidak aman bagi pasien dengan porphyria karena
menunjukkan porphyrinogenik pada hewan.
s
Langganan:
Postingan (Atom)